Formula satu

Mengingat keadaan ummi sekarang, memang menuntut kita harus serba siap, tak terkecuali saya sebagai anak pertama keluarga. Setelah dua minggu kisaran ketika saya wisuda sarjana kala itu, ummi harus masuk rumah sakit karena penyakitnya, maka kali ini ummi pun kembali harus masuk rumah sakit, sebenarnya udah ada feeling melihat keadaan ummi yg sering sesak nafas ringan, hanya saja tak membayangkan akan seperti ini rasanya. 

Jika dulu di Mesir, setiap kabar ummi sakit, saya hanya bisa mendoakan dari jauh, maka kali ini saya diberi Allah kesempatan untuk melihat ummi secara langsung, bahkan terjun untuk menggantikan peran ummi sementara di rumah, yang ternyata luar biasa capeknya. Mungkin dalam sakit ummi yg sebelumnya, cukup dirasa ringan karena kehadiran nenek yg sangat membantu kami (anak anaknya) terutama soal makan sehari hari dan beberes rumah dan juga tugas saya sebelumnya adalah menemani ummi dirumah sakit dari pagi sampai maghrib kemudian gantian dengan abi. 

Namun kali ini, ketika ummi kembali dirawat, pembagian tugas sangat berbeda, aku diamanahi abi untuk menjaga adik adik dan rumah, tanpa nenek tentunya. 
Mungkin akan terasa mudah, jika adik adik sudah besar, namun mengingat yg diamanahi abi kepadaku adalah : Asma si anak bungsu kelas 5 SD (cuma badannya kecil kayak saya sampe sering dikira kelas 2 wkwkw), lalu fathan si Anak spesial (walau umurnya adalah umur anak SMP, tapi karena autism membuat dia berkelakuan spt anak balita). 
Alhasil dunia ini rasanya kayak mau kebalik banget. 

Dini hari, sudah ketar ketir nyiapin baju yg harus sudah disetrika, mikirin sarapan mau pake apa, dan kegiatan bersih bersih lainnya, atau ketika abi tiba dari rumah sakit, menyiapkan baju bersih untuk ummi dan bekal untuk abi, bahkan harus sigap karena fathan ketika bangun tidur pasti akan buang air besar dan kita harus siap sedia stand by di kamar mandi. Saat itu saya jadi paham betul dan terbayang ummi yg melakukan ini sehari hari, bahkan berarti sudah 20 tahun ummi melakukan rutinitas spt ini. Allahu rabbiii,, benarlah jika dikatakan doa ibu adalah doa paling mustajab karena memang perjuangannya sungguh luar biasa, memastikan kebutuhan suami dan anak anak terpenuhi dgn baik adalah suatu hal yg amat berat. 

Dua hari pertama terasa sangat berat, ditambah lagi ketika malam kami hendak tidur, seperti biasa fathan tidurnya memang harus ditemani dan dielus, ketika saya sudah hampir terlelap, tiba tiba mendengar suara tangisan kecil asma yg mungkin kangen umminya, ya Allah pilu sekali,, 
Campur aduk sungguh, apalagi terlebih rasa sesak ketika kita mencoba menahan tangis memenuhi dada. 
Malam itu tak bohong sungguh berat bagi saya,, 
Membuat saya menerawang panjang akan mimpi mimpi yg saya punya dan juga akan keadaan hari ini, 
"Ya Allah apakah bisaa... "

Tapi baiknya Allah, selama itu adalah kebaikan, maka terus Allah bukakan pertolongan dari arah mana saja, baik yang kita sadari maupun tidak. Hingga keesokan harinya, alhamdulillah datang bala bantuan dari Banten, khansa alias musuh bebuyutan sekaligus adik pertama saya memutuskan untuk balik ke Bogor, akhirnya beberapa pekerjaan rumah dia handle, walau jujur, beberapa hari itu, mungkin bagi Asma dan Khansa, aku seperti nenek lampir karena ngomel terus, padahal sebenarnya dalam diri ini kagum juga dgn kedewasaan asma dan khansa, cuma sering kali terbawa emosi karena lemot nya mereka ketika di minta bantuan, hingga berujung ketika malam itu saya memang banyak marah marah, berujung dgn ngobrol sambil mentraktir mereka. 
"Maafin teteh ya dek, kaa"

Alhamdulillah, pada malam kelima setelahnya saya mendapat kabar dari abi, kalau ummi sudah bisa pulang ke rumah, sungguh suka cita diri ini, beban beban seperti terangkat, mungkin lebih kepada kerinduan dan keletihan bercampur aduk menjadi satu. 

Disisi lain, jadi tersadar berarti ummi akan melanjutkan rutinitas yg melelahkan ini, tersadar juga bahwa kami anak anaknya, harus lebih sigap dan siap. 
Dulu saya pernah membaca puisi di majalah UMMI, 
Disitu penulis mengibaratkan ibu seperti pembalap Formula Satu, harus selalu sedia untuk tancap gas, kapan mengerem, semuanya harus pas dan tepat. 
Maka begitu juga dengan kami, ummi akan selalu jadi 'pembalap Formula satu' bagi keluarga kami dan kami pun harus bisa menjadi 'tim order' bagi si pembalap, yang siap sedia ketika sang pembalap melaju, yang siap pula ketika si pembalap menepi untuk membetulkan kendaraannya. 

Yah, 
Semoga ummi, abi, saya dan adik adik, bisa lolos sebagai 'tim balap' yang kompak hingga ke garis finish. Allahumma aamiin






Ba'da isya. 
Menghitung hari menuju Ramadhan

Komentar

  1. Masya Allah semangat jah percaya sama aku pengalaman mengurus ummi sakit itu sangat berkesan, Semoga orang tua kita selalu diberi kesehatan🤲🤲

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REPLY 1988

Menemukan cinta

Jatuhnya daun itu