Memulai kembali
Siapa sangka, ternyata suatu saat Allah sudah menetapkan takdir di lauhul mahfuzh, kalau teteh akan mempunyai seorang ibu sambung.
Sama halnya dengan meninggalnya ummi, terlalu banyak perasaan yang campur aduk hingga sulit di definisikan, maka kali ini pun begitu, beberapa jam sebelum Abi mengucapkan ijab kabul kepada calon istrinya.
Tercatat sudah delapan bulan ummi meninggal, karena diri ini pun terbiasa mengusahakan mengisi pos pos yang sebelumnya ummi kerjakan, terutama ngurus aa Fathan (yang autis), alhasil banyak kekhawatiran yang muncul jauh jauh hari, bahkan ketika Abi sudah membicarakan tentang rencana ini.
Baik dari prosesnya, sebenarnya teteh paham betul, bahwa Abi pun memilih untuk menikah lagi, agar kami anak anaknya bisa melanjutkan hidup, terutama mungkin saya sendiri, yang beberapa bulan, lebih banyak dirumah karena mengurus aa. Cuma justru itu yang menjadi kekhawatiran terbesar, bagaimana penyesuaian beliau terhadap Fathan, kalau begini bagaimana dan sebagainya.
Bahkan was was seperti ini, lebih mudah membuat teteh sering menahan air mata, karena berandai, "kenapa ummi harus meninggal ya Allah..",
Hal yang sebelumnya sudah lama tidak terngiang dalam pikiran, kembali sering muncul.
Maka jauh jauh hari, selalu yang teteh gumamkan dalam doa, "Allahumma ashlih sya'na a'ilatii", "ya Allah perbaiki keadaan keluargaku, jadikanlah dengan menikahnya Abi dengan ibu, menjadi sebuah kebaikan dan kebahagiaan bagi kami, pun sebaliknya..ibu banyak mendapatkan kebaikan dan pahala dengan menikah dengan Abi..."
Doa doa itu terus kuulang, agar was was yang membelenggu diri ini segera terlepas, terkadang memang perasaan mencintai yang berlebihan justru bisa menjadi ujian keimanan dan seberapa besar tawakkal kita kepada Allah..
Namun yang terus teteh coba hujamkan, betapa mulia juga ibu baru kami, berusaha untuk mau mencoba menerima kami sebagai keluarganya apalagi dengan seorang anak autisme non verbal yang sudah dewasa..
Ya Allah, dalam segala harap cemas teteh, sebagaimana Ummu kulsum menjadi pelipur lara setelah wafatnya Ruqayyah bagi Utsman dan keluarga, maka berkahilah keluarga kami seperti mereka.
Jauhkanlah kami dari was was yg membuat kami kufur kepada nikmatmu, hilangkan segala perasaan berlebihan dalam mencintai sesuatu.
Teringat maghrib tadi, air mata kembali menetes selepas shalat, justru adik adik yg lain hadir menguatkan, "bahwa ini pun biar teteh lebih bebas melangkah, nanti pun setelah abi menikah, kita tetap gak boleh jauh, untuk saling jaga dan mantau aa Fathan",
Maka ummi, insya Allah janji teteh kepada ummi tidak akan hilang, entah dengan adanya ibu baru atau tidak, teteh akan tetap berusaha untuk menjaga keluarga kita sebagaimana yang dahulu ummi lakukan.
Dan semoga Allah limpahkan kebaikan serta keberkahan kepada ibu baru kami, hingga Allah menumbuhkan banyak cinta dan keimanan, yang semakin menguatkan langkah langkah kami dalam melanjutkan kehidupan.
Insya Allah....
Subuh hari,
Kota Rembang
اللهم ألف بين قلوبنا بالإيمان
Komentar
Posting Komentar