Surat untuk masa depan

Nak, ini adalah tulisan ibumu ketika dirinya genap menginjak 22 tahun, usia fundamental dimana keputusan keputusan berharga mulai dimantapkan dalam hidupnya. 

Nak, dulu aku pernah membaca novel berjudul "Eliana", 
Eliana, benar benar menggambarkan apa yang kelak akan aku lakukan, menjaga keluarganya, menjaga adik adiknya, hingga bergulirnya waktu, eliana menjadi seorang aktifis lingkungan, mengkritik pemerintah kejam yg posesif kepada pembangunan yang terbilang "asal".

Pada masa itu, aku merasa jiwa kebebasanku, serta naluriahku terpanggil, untuk terlibat dalam menegakkan keadilan dalam negeri. 
Hingga, betapa lucunya, dulu ibumu, pernah bercita-cita, "kalau aku lulus pondok, aku pengen ikut demo mahasiswa, pengen jadi bagian korlapnya".
Aih, cita cita polos dari seorang remaja putri yg khawatir pada negeri. 

Nak, dulu ibumu pernah berpikir, apakah gejolak kekhawatiran ini akan melampaui batas kodrat perempuan dalam islam? 
Semakin dalam aku belajar, ternyata kutemukan sosok itu, 
Nusaibah binti ka'ab, seorang shahabiyyah yang mengambil peran dalam publik, bahkan dalam peperangan, tentunya sangat jarang dalam islam, namun baginda nabi sangat menghargai ketulusan seorang Nusaibah untuk ikut berjuang menegakkan kalimatal haq.
Akhirnya hilanglah ketakutan ibumu kala itu. 
Tenanglah hatinya, menguat 'azzam dalam jiwanya. 

Nak, di penghujung malam ini, 
Ibumu kembali khawatir, setelah mendapati fakta dari video dokumenter, tentang rezim dan reformasi yang telah di korupsi, tentang mereka yg tinggal di pelosok, namun lagi lagi negara gagal melindungi, 
Ibumu kembali gemetar, mendengar pernyataan dari pengamat, bahwa "Birokrasi lahir dari rahim korupsi"
"Pengadaan korupsi terbesar adalah di pihak politisi"
"Banggar menjadi tempat terbaik dalam menaruh pundi pundi uang untuk para koruptor".

Nak, itulah sedikit kisah pilu dari negeri kita, 
Tapi jangan pernah risau, 
Karena ibumu selalu yakin, bahwa akan selalu ada orang berhati baik, 
Yang berusaha menegakkan keadilan atas rasa cinta pada negeri, 
Yang berusaha menjadi sosok pelita di tengah daerah yang tertinggal. 

Nak, akhir tahun ini, ibumu mengambil keputusan penting, 
akan melanjutkan studi magister agama di Mesir, 
Di sisi lain, ibumu ragu, 
Apakah niat melanjutkan studi ini, 
bisa mewujudkan mimpinya dulu, 
"Ingin menyuarakan keadilan sosial"... 

Tapi kali ini ibumu semakin mantap, 
Dengan keyakinan, bahwa agama hadir untuk menguatkan niat baik bahkan dalam urusan berbakti pada negeri,
agama hadir untuk menjadi landasan terbaik agar seorang individu menjadi pribadi yang jujur dan bersahaja. 
Dan kali ini ibumu berharap, semoga suatu saat nanti, 
peran ibumu untuk menguatkan orang orang baik yang sedang berjuang menyuarakan keadilan sosial, bisa terwujudkan dengan izin yang Maha Kuasa. 

Nak, 
Semoga ketika dirimu, bahkan ketika aku sendiri membaca tulisan ini, 
bisa menjadi pengingat bahwa kau lahir dari seseorang yg pernah mempunyai mimpi besar,
hingga menjadi pengingat bahwa berawal dari mimpi besar bisa menggerakkan setiap pribadi, menjadi kekuatan kebaikan tak bertepi. 

Kuharap kelak kau tak pernah risau untuk bermimpi, 
Hingga Allah beserta semestaNya bekerja sebagaimana mestinya, 
Hingga harapan yang kita rapalkan dalam setiap sujud malam terwujud secara perlahan. 

Nak, inilah kisah ibumu, kerisauannya dan rasa cinta kepada negerinya. 




Malam yang dingin, 
Sudut kairo. 
30 Desember 2022

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REPLY 1988

Menemukan cinta

Jatuhnya daun itu