Sihir bernama Validasi

Salah satu pencapaian terbaik saya dalam bidang matematika adalah mendapat hasil 10 pada ujian nasional (UN) ketika SD dan nilai 9 ketika UN SMP. 
Sekali lagi ini bukan tempat untuk menyombongkan diri, karena nyatanya nilai UN itu tidak berfungsi juga, kalau dikorelasikan dengan jurusan kuliah yg saya ikuti saat ini. 
Tapi fakta diatas, ingin saya bawa untuk kita tilik dan kita tarik lebih jauh tentang "al akhdzu bil asbab".

Masih terekam jelas dalam memori saya, ketika SD, ada momentum dimana saya masih di dalam kelas karena ada pelajaran tambahan, sedangkan teman teman saya sudah berhamburan keluar kelas sambil ber jajan ria di kantin. Saya masih ingat betul, kala itu tentang pelajaran pecahan, saya diminta untuk tidak keluar kelas, karena belum memahami konsep pecahan dgn baik. Tiga tahun saya berkutat dengan kebencian terhadap matematika, bahkan saya pernah menangis di kelas karena mengumpulkan lembar latihan soal paling akhir. 

ketika naik kelas empat, datanglah guru baru matematika, namanya Bu Jubaedah, kami biasa memanggilnya Bu Bedah, 
Pembawaannya yang ramah, kesabarannya yang tak diragukan lagi, membuatku lebih mudah beradaptasi dengan pelajaran yang paling kubenci. 
Hingga tibalah momen ajaib itu, 
Saat itu kami diberikan soal cerita khusus oleh Bu Bedah, kebetulan saat itu saya duduk disamping si "ranking 1", ketika beliau mempersilahkan kami untuk menjawab, secara otomatis teman saya pemegang predikat abadi ranking 1 ini, langsung mengacungkan tangannya seraya menjawab pertanyaan tersebut, namun ternyata jawabannya kurang tepat, hingga tiba tiba ada "wahyu" apa yg menghampiri saya, tidak sengaja saya mengatakan jawaban yg berhasil saya dapat, dan ternyata Bu Bedah mendengarnya, 
"Coba Farhah, jelaskan bagaimana bisa dapat hasil segitu?"
Saya jelaskan secara perlahan, dengan nada ragu, takut dan malu yg bercampur aduk, ketika saya selesai menjelaskan, Bu Bedah langsung memberikan pujian serta senyuman lebar sekaligus memberikan tepuk tangan yang meriah, dan disusul oleh tepukan teman teman saya. 

Itulah momen ajaib, yang menjadi titik perubahan saya dengan matematika.
Al akhdzu bil asbab
Iya, itulah validasi.
Validasi dan support dari orang di sekitar kita, 
Itulah yang terkadang kita butuhkan, 
Agar kita yakin kalau diri kita mampu, bukan lagi mampu, tapi sangat mampu. 

Sebab itu, bertahun tahun selanjutnya, hingga saat ini, 
Saya selalu mencoba menerapkan kepada orang lain, "sihir" yang Bu Bedah lakukan kala itu, yang telah menyulap saya dari anak yang benci matematika, menjadi anak yang cinta pada matematika. 
Validasi, respon positif serta dukungan moral selalu dibutuhkan oleh siapapun, sekuat apapun ia, terlebih karena kita makhluk sosial. 
Namun, tak boleh luput dari pikiran kita pula, 
Bahwa validasi terbaik adalah dari Allah subhanahu wa ta'ala di syurgaNya kelak. 

Alhamdulillah. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

REPLY 1988

Menemukan cinta

Jatuhnya daun itu