SUPIR TREMCO MERAH

SUPIR TREMCO MERAH
Bukan ustaz, bukan pula guru, tapi terdapat pelajaran penting darinya

Mesir dikenal dengan dua tokoh abadi dalam sejarah, fir'aun dan Musa as.
Katanya, penduduk mesir ada yg sebaik, sesholih Musa as dan ada juga yang sekeji, sepicik fir'aun.

Maka disini, aku akan bercerita sepotong kisah tentang keturunan Nabi Musa as dalam hal kesholihan dan kecerdasan.
Beberapa hari lalu, aku bersama teman teman keputrian melakukan ziarah makam bersama, mengenal sejarah para ahlul qubur, bagaimana kesholihan mereka, yang sungguh membuat diri saya pribadi hanya bisa geleng geleng saking takjubnya.

Singkat cerita, agenda ziarah pun selesai,
Untuk pulang dari makam, kami terbagi dua kelompok, satu naik tremco merah(kalau di Indonesia semacam angkot), satu lagi naik tremco abu.
Dan saya termasuk kelompok yang naik tremco merah, ketika diperjalanan terjadi sebuah percakapan
"kalian kuliah diazhar?"
"iya ammu, dijurusan syariah"
"jurusan syariah islam atau qonun?"
"syariah islamiyyah"
"hmmmm, syariah islamiyyah yaa, saya punya pertanyaan untuk kalian nih"
Wah saat mendengarkan hal itu, aku merasa sangat tertantang, "jah kamu udah satu tahun disyariah loo, jangan sampe ga bisa jawab ya, malu maluin!", suara pikiranku.
"siapakah saudara maryam ibunda nabi isa?"
Kami semua langsung heboh memikirkan jawabannya.
Zakaria, bukan itu pamannya
Imran, bukan itu bapaknya
Yahya, bukan itu sepupunya
Kami semua mengeluarkan jawaban yang ada diotak kami, tapi tidak ada yg berhasil.
Otak-ku berpikir keras, gengsi brooo, anak syariah, udah ke Azhar jauh jauh, suara pikiranku kembali mengacau.

Hingga akhirnya dengan pede aku berteriak dari kursi belakang, "wahai 'ammu, maryam sama sekali tidak punya saudara!"
Dan ternyata jawaban itu juga salah.
Setelah kami semua kebingungan dan menyerah akhirnya sang ammu mendiktekan kami potongan surah maryam, beliau baca satu ayat, kami lanjut satu ayat, hingga tiba diayat "يأخت هارون".
HAH! Ketika menyebut kalimat itu, aku baru tersadar,
"saudara harun, maryam binti imron adalah saudara harun", kata sang 'ammu.

Aku merinding sekali, itu adalah ayat yang sering kubaca, kudengar dan pernah sedikit kuhafal, mengapa sama sekali tidak kepikiran.
Sang ammu tiba tiba berkata lagi,
"orang yang bernama Harun di Alquran ada dua, Harun-nya nabi Musa as dan Harun-nya saudara maryam"
Sempurna aku dibuat merinding,
Pantas tadi aku berpikir, apakah ini yang dimaksud Harun saudara nabi Musa, ternyata bukan.

Allah....
Termenung dan terpekur diriku, apalah aku yang tadi merasa berbanga diri dengan titel mahasiswi syariah Al azhar, tapi tidak bisa menjawab pertanyaan dari seorang supir tremco.

Supir tremco pada saat itu mengajarkanku sebuah nilai penting,
Ya, janganlah cepat berbangga diri, karena diluar sana masih banyak orang yang lebih hebat dari kita.
Jangan pula dengan mudah meremehkan orang lain, karena kita tak pernah tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sebagaimana firman Allah dalam kalamNYA
(و فوق كل ذي علم عليم)
Diatas langit masih ada langit,
Dan diatas langit tertinggi masih ada Sang Pencipta langit.
Hasbunallah wa ni'mal wakiil ni'mal maula wa ni'man nashiir.

Cairo, 10 oktober 2020









Komentar

Postingan populer dari blog ini

REPLY 1988

Menemukan cinta

Jatuhnya daun itu