Titik temu seorang kakak

Titik temu seorang kakak
Sebuah tulisan untuk para pejuang 'alatul di masa new normal ini

Waktu di cairo menunjukan tepat pukul jam 1 pagi, entah mengapa aku tak bisa tidur tenang kecuali jika tulisan ini selesai. Yah karena renungan ini baru saja terpikirkan olehku di sore hari, dan begitu sayang, jika aku melewatkan-nya dengan sia sia, tak sempat menuliskan nya.

Pekan ini, kaka kaka tingkat akhir sudah selesai ujian, sebagai adik kelas walau tak berjumpa secara langsung, euphoria betapa leganya mereka selesai ujian bisa kami rasakan, baik itu terlihat di snap wa, instagram dan media sosial lain.
Begitupun denganku, sejak kemarin begitu banyak kulihat snap wa mereka yang berisi tentang kebahagiaan sudah menamatkan ujian akhir S1 di azhar.

Sore harinya, aku bersama kaka kelas pergi mengunjungi salah satu senior keputrian senat syariah dalam rangka silaturahim dan melaksanakan program kerja lebih tepatnya kebut lpj wkwkwk, sesampainya dirumah beliau kami berdua disambut dengan sangat baik dan memang kebetulan kami semua berasal dari satu pesantren yang sama.
Setelah bercerita banyak hal, dari A sampai Z, bahkan hingga cerita bagaimana senior kami ini menikah, tiba tiba senior kami berkata,
"iya jah, soalnya kaka niat pulang dan menetap di indo insya Allah"
"jadi berarti kaka ga balik ke mesir lagi ya?"
"kurang lebih gitu jah, ini juga kaka lagi urus berkas berkas"
tiba tiba aku tersadar sesuatu,
"berarti kaka nanti gak haflatul wada dong, kalau lagi corona gini?"
"hmm besar kemungkinan sih jah, karena memang kita juga harus antisipasi dengan baik, untuk ga berkumpul dengan banyak orang"

Pikiranku menerawang, 
memikirkan kaka tingkat akhir yang kukenal dan kemungkinan pulang ke indo, 
Tiba tiba rasa sedih menyergap, khawatir karena tidak akan ada acara kumpul untuk mengucapkan perpisahan kepada mereka dan tumbuh rasa kehilangan akan sosok mereka.

Sebelum pulang dari rumah senior tersebut, aku menatap wajah anaknya, 
"ya Allah dek, kamu kenal ammah aja belum lama, tapi udah mau pergi ke indo"
Sampai dimuka pintu, sedikit rasa sedih kembali menyergap, bisa jadi ini silaturahim terakhirku dengan beliau karena efek new normal dan segala peraturan yg harus kita taati, "kak, berarti kemungkinan ini silaturahim terakhir kita yaa, semoga di indonesia kita bisa ketemu lagi ya insya Allah" sambil mengeratkan genggaman salam tanganku.

Dalam perjalanan pulang, aku mengutarakan kegelisahanku
"ka jojo, aku sedih ngeliat ka sofi pulang, kaya baru kenal bentar eh beliau udah mau pulang dan ga ke mesir lagi"
"iya jah"
"terus kebayang aja, banyak kaka tingkat akhir yang pulang dan kita ga sempet bertatap muka, tiba tiba pas udah selesai new normal, terus ada acara ngumpul mereka udah ga ada, udah ga ada kaka kaka yang biasa dimintai pendapat, udah ga ada kaka kaka yang biasa nyemangatin kita"
"iya jah, tapi kan mereka juga pergi bakal ada gantinya, anak baru bakal datang, dan emang udah giliran kamu yang mempersiapkan diri untuk menjadi kaka kelas seperti mereka, adik kelas makin banyak, harus pinter pinter ambil sikap"

Hmm,
Memang sudah sunnatullah, pergantian generasi akan selalu ada, dan mungkin sudah waktunya diriku lebih mempersiapkan diri menjadi "kaka kelas" yang bisa diandalkan untuk meneruskan mereka yang telah menamatkan perjuangan lima tahun di mesir.

Teruntuk seluruh kaka kaka yang akan pulang dan menetap di indo seterusnya,
Mungkin kita tak sempat berjumpa,
Kaka sibuk mengurus berkas,
Kami sibuk dengan target target pribadi,
Mungkin pula kita tak sempat ucap kata perpisahan,
Namun ingatan kami tentang kalian akan selalu punya tempat terbaik.
walau kita tak dapat bertemu untuk mengucap kata berpisah, semoga kelak nanti kita akan mempunyai titik temu yang sama,
Titik temu seorang kakak, titik temu karena sudah bisa menjadi seorang kakak kelas yang dapat diandalkan,
Titik temu terbaik disisi Allah, karena senantiasa berada diatas jalan-nya,
Syurga firdaus namanya.

Salam hangat,
Adik kelas yang masih dan akan terus belajar,
Jahidah farhati









Komentar

Postingan populer dari blog ini

REPLY 1988

Menemukan cinta

Jatuhnya daun itu