REPLY 1988



"aku tuh lagi suka banget sama drama korea, judulnya reply 1988 zah!"
"aku punya tau jah dramanya"

Jahidah farhati ketika satu SMA adalah anak yang begitu "menggilai" drama korea, bukan anak teladan sudah pastinya, masa satu SMA-nya dihabiskan dengan waktu membawa laptop ilegal ke kamar dan menonton secara marathon dari pulang sekolah hingga malam.

Tahun baru, ajaran baru, maka wajar pasti ada anak baru.
Kala itu aku dan teman kamar sedang mengobrol didepan, dan posisi kamarku saat itu diatas dan menghadap lapangan basket, terdapatlah tiga orang anak baru yang sedang bermain badminton
"eh, itu anak baru angkatan kita kan?"
"iya jah, namanya azzah, nahda, sama puput"
"hmm, cantik cantik ya anak baru"
Itulah pertama kali kumendengar namanya.

Walau masa satu SMA-ku bisa dibilang lumayan kelam, tapi teman teman masih mempercayaiku untuk "bergelut" di organisasi,
Sebagaimana tradisi dipesantren, ketika mulai kenaikan kelas, maka ada pergantian pengurus OSIS baru, para kandidat dipilih dari angkatanku, bermula dari 50 besar hingga terseleksi dari voting santri keseluruhan menjadi 5 besar, entah suatu kebetulan, Allah memberi sebuah takdir untuk masuk didalamnya, padahal saat itu seluruh santri dan ustazah tau bahwa jahidah ketika satu SMA bisa dibilang tidak cukup layak untuk menjadi teladan.
5 besar kandidat ini memiliki hak sebagai tim formatur OSIS dan mempunyai kelebihan soal "kami bisa memilih bidang pilihan kami sendiri".
Ketika rapat bersama para senior dan ustazah, masing masing kami selain si ketua mengajukan keinginan kami untuk bergelut dibidang yang diminati.
"mba,, jahidah mau ambil jadi ketua asrama satu smp yaa, mau kenalan sama anak baru"
"hmm,, gimana kalau jahidah jadi ketua rohis aja" kata ustazah pembina OSIS.
WHATT?
bagai petir disiang bolong, ini maksudnya apa apaan, dengan track record ku satu tahun kebelakang, yang untuk solat ke masjid saja bisa dihitung.
"yah masa aku sih mba, ga cocok takut ga bisa adaptasi"
"coba dulu aja ya jah, bener kata mba titi, aku pikir kamu cocok, langsunglah aku tulis" kata si ketua OSIS.
lemas sudah tubuhku. 
Pasrah, ga terbayang masa depan rohis di tanganku nanti, bisa bisa jadi sebuah nightmare yang menghantuiku tiap malam.

Saat masa perumusan anggota, aku banyak berdiskusi dengan pembina rohis, karena sebelumnya ada magang rohis, maka aku disarankan untuk mengambil anggota dari sana.
"ada tuh jahidah, namanya azzah mardhiyah dia kemaren magang rohis juga setau teteh, anaknya rajin banget, bisa tuh dijadiin sekretaris anti"
"oke teh masuk", tanpa babibu langsung kumasukan nama azzah mardhiyah dalam struktur, belum kenal sih, tapi gampanglah, kalau soal pdkt, kan saya jagonya wkwkwkw.

Satu bulan berlalu setelah pelantikan,
Benarlah kata pembina rohis-ku si azzah azzah ini, rajin betul.
Dia benar benar membantuku dalam mengemban amanah ini secara totalitas. karena pada saat itu, bukan cuma rohis amanah yang aku pegang.
Pada saat itu kedekatanku dengannya masih seperlunya, seputar rohis dan osis saja.

Hingga pada suatu saat, ketika hidupku yang mulai berubah drastis, aku kangen masa jahil dulu, kangen nonton drama korea.
Saat itu kami sedang menyicil laporan kerja dikantor.
"aku tuh lagi suka banget sama drama korea, judulnya reply 1988 zah!"
"aku punya tau jah dramanya"
Akhirnya malam itu, bukan ngerjain laporan, malah nonton maraton sambil cekikikan malem malem.
Peristiwa itulah yang membuatku makin dekat dengan azzah.

bulan bulan berlalu, dimana ada aku untuk rohis, maka azzah sudah stand by dibelakang,
Rasa rasanya sering kali kami berlari-an karena anggota lain telat menjaga mihrob,
Hingga aku mulai "ketergantungan" akan kehadirannya.
Pada suatu rapat mingguan bersama anggota rohis, aku membagi tugas kepada masing masing anggota berpasangan, ketika aku menyebutkan aku berpasangan dengan azzah,
Tiba tiba salah satu anggota berkata, "jahidah mah sama azzah terus, pilih kasih ah, kan aku juga mau sama jahidah"
Dan ternyata yang lain mengikuti dengan anggukan.
Aku bingung, speechless.
Aku sengaja memasangkan diriku dengan azzah, karena tugas ini lumayan berat dan aku tidak ingin yang lain merasa terbebani.
Tiba tiba azzah angkat bicara, mewakili apa yang aku pikirkan.
Pikiranku masih menerawang, terdiam sambil tersenyum melihat azzah yang mencoba menjelaskan namun malah dijahili sama teman teman-nya.

Malam itu ketika selesai rapat,
Ditengah dingin hembusan angin Kuningan, azzah bercerita kepadaku soal perasaan anak anak lain yang ingin juga dekat denganku.
Malam itu juga, aku menangis meluapkan soal ternyata "diriku merasa tertekan" akan tugas ini.
Malam itu juga, azzah memberiku solusi, memberiku kekuatan baru untuk menjadikan bidang kami, bidang terbaik di OSIS.

Satu semester sudah terlewati, bisa dibilang sekarang rohis adalah satu keluarga, baik anggota smp maupun sma, semua ibarat satu keluarga, tidak ada jaim jaim-an,
Bahkan ada salah satu temanku berkata,
"tau ga sih jah, kumpulan sekarang yg paling aku senangi kalau rohis lagi kumpul"

Waktu silih berganti,
Masa jabatan kami pun berakhir,
Semua kembali ke zona masing masing,
Karena ikatan kami semua terbentuk karena rohis, saat rohis selesai, hubungan kamipun merenggang, yah tidak se intensif dulu.
Namun kesibukanku soal organisasi tidak berhenti, hingga membuat diriku mudah stress dan tidak bisa menjalin komunikasi efektif dengan anggotaku dulu.
"jah, tadi anak daruh pada kumpul lo, cuma kamu ga ada"
Hanya cengengesan diriku bisa menjawab.
dan ini akan menjadi catatan penting untuk diriku kedepannya.

Diriku mendapat amanah menjadi ketua acara ospek santri putri.
Seharusnya kegiatan santri sudah diatur oleh pengurus osis baru, namun karena belum efektif maka diserahkan sementara kepada kami, tapi pada saat itu pikiranku terfokus untuk ospek sehingga kegiatan masjid tidak bisa kukontrol.
Ide cemerlang muncul di otak,
Ya, Azzah, satu satunya orang yang bisa aku minta handle soal masjid.
Segera aku meluncur ke kamarnya,
"azzah udah dateng belum woi?"
"belum jah, katanya malem ini sampe"
"oke makasih ya cuy"
Langsung dipikiranku terbayang, abis ini aku chat azzah di instagram, bilang nitip masjid dulu selama aku masih ngurus ospek.

Saat aku scroll up hp, chat ku dengan-nya masih seputar,
"zah, nanti pas ke husnul bawa reply 1988 ya, aku mau ngopi"
"ok jah"
Entah sebab apa, malam itu aku tidak kesampaian untuk chat dia perihal masjid,
Lelah pikiran dan badan membuatku tidur lebih awal.

Sebelum subuh, aku masih ingat persis,
Tiba tiba temanku berteriak dari pintu belakang, "jahidah mana, jahidah mana?"
Aku yang masih penuh kantuk, dan masih merem melek tiba tiba merasa diguncang badannya,
"jah bangun jah, azzah meninggal kecelakaan dijalan pas mau ke husnul"
Kantuk itu hilang, mataku masih mengerjap,
Teman temanku sudah dipenuhi dengan derai air mata, aku langsung menangis keras,

Subuh itu makin dingin, makin mencekam,
Aku berlari ke masjid, memastikan semua baik baik saja, masjid kali itu lebih penuh dari biasanya, masjid kali itu lebih mencekam, hanya diiringi isak tangis beratus santriwati.
Selepas salat, aku maju diminta sebagai perwakilan santri didepan masjid, tak kuasa diriku, wajahku sembab, bukan, bukan hanya wajahku tapi wajah seluruh santriwati.
Baru sepatah kata pengantar untuk pelaksanaan shalat ghoib, tiba tiba suaraku tercekat, air mata bergumul tak kuat untuk ditahan,
"saya menjadi saksi ya Allah, bahwa ukhtina azzah mardhiyah adalah salah satu hamba terbaikmu.." jatuh pertahananku, didepan mic aku menangis, yang membuat suasana masjid semakin kalut, ustazah pembina rohis langsung mengambil alih.

Satu pekan berlalu, cukup menyisakan sebuah trauma, kadang diriku enggan berlari melewati jalan yang biasa kami tempuh ketika telat jaga mihrob, aku malas ketika melewati kantor rohis.
Namun hidup harus terus berjalan,
Walau raganya sudah tiada, tapi inspirasi hidupnya tetap melekat diseluruh ingatan santriwati.

Aktifitasku kembali seperti biasa, 
tiba tiba aku dihampiri anggota rohis smp dulu, 
"ka jahidah, waktu itu aku pernah nemuin surat dari ka azzah buat ka jahidah di mihrob"
"o iya tah za, kaka kayaknya belum pernah nerima suratnya deh"
"kayaknya waktu itu ka azzah nulis pas ka jahidah lagi sibuk sibuknya ngurusin aresta deh, terus aku sempet baca, intinya disitu ka azzah ngingetin ka jahidah soal rohis ini dan disitu ka azzah pengen lebih deket dan kenal sama ka jahidah"
"hmmm, makasih ya za, sayang banget aku belum baca surat itu"

Akhirnya aku paham,
Misteri soal "aku yang tidak layak, bisa menjadi 5 balon"
"aku yang tidak ingin, tapi terpaksa menjadi ketua rohis"
Allah ingin mengenalkanku kepada seorang pribadi bersahaja, Allah ingin memberiku kesempatan satu tahun untuk mengambil hikmah nyata dari seseorang.
Almarhumah azzah mardhiyyah,
Begitulah setahun berharga aku mengenalnya.
Zah, aku kangen!

Ttd
Penggemar beratmu,
Jahidah farhati









Komentar

  1. Nangis aku bacanya jahhh :( bener2 rindu sama alm.. 😭😭

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menemukan cinta

Jatuhnya daun itu