GOMBALAN MAUT


entah kenapa, rasa rasanya diriku cukup senang mendengar perkataan itu

Masa remaja, masa peralihan dari kanak kanak menuju dewasa.
Berbagai teori psikologi mengatakan betapa butuhnya pengawasan ekstra dari orang tua jika anaknya mulai mengalami masa ini.
Berbagai lagu dan novel pula, mengangkat dari sisi kehidupan remaja, baik soal percintaan, petualangan maupun persahabatan.

Masa SMP-ku bisa dibilang biasa biasa saja, masih polos, belum sesuai jika dicocok-kan dengan ciri ciri psikologi anak remaja,
Masih cuek soal penampilan, masih ingin main main, masih susah jauh dari orang tua,
Yah, kaga ada bedanya-lah sama anak sd.

Berbeda dengan adik perempuanku, dari SMP dia lebih cekatan soal penampilan, sudah mulai merawat diri dengan baik, sedang aku untuk main panas panas-an ketika liburan pun masih aku lakukan.
Aku pikir, dia terlalu genit dan terlalu ribet,
Gak cocoklah sama kepribadian-ku.
Pemikiran anak SMP yang sungguh klise,
Jikalau dikata iri karena dia lebih cantik, mungkin bisa dibilang memang benar,
cuma pada saat itu sebagian diriku enggan mengakuinya.
Hingga akhirnya aku terlambat menyadari bahwa dari rasa iri itulah ternyata diriku mulai memasuki masa masa remaja.

"perempuan itu selalu ingin diperhatikan lo nak, ingin mencolok dibanding yang lain, pasti akan ada masa masa itu, merasa minder takut dibilang jelek" kurang lebih itulah perkataan guru bk sekaligus sosiologi-ku.
Sebentar sebentar, ko rasa rasanya semua yang tadi beliau sebutkan dialami olehku,
Sebentar sebentar, what's goin on u jah?
Masa aku jadi anak labil sih,
Masa aku kayak gitu sih,
Dih apaan banget,
Sebagian diriku masih enggan mengakuinya.

Hingga berpuncak ketika liburan 2 SMA,
Aku kembali bertemu dengan si adik,
Jika waktu kecil dulu ketika aku sedang tidak akur dengan-nya, maka cara pelampiasan kita adalah main kaki dan tangan,
"ayo sini kalau berani teteh tonjok"
Adik-ku yg memang ketika sd les taekwondo, sudah siap menyiapkan kepalan tangan-nya,
"awas ya kalau ampe kabur" kata dia
Ya bener sesuai prediksi dia, apa yang aku lakukan?
Aku kabur ke dapur ambil sapu, sambil mengibaskan sapu lidi ke arahnya, lalu dia mundur teratur.
Aku menang telak. Hahaha
Menang dengan cerdik wkwkwk

Itu hanya sepotong nostalgia dulu,
Sekarang ketika kami berselisih, cara mengibas sapu dan jurus taekwondo sudah tidak berlaku lagi. Lebih seru adu mulut, biar puas sekalian.
"lagian makan-nya dikasih tau umi nurut, rasain noh", seruku
"ya suka suka gue dong, dikira lu kaga pernah"
"ih amit amit, gua mah anak rajin, nurut sama umi"
"rajin tapi mukanya jerawatan, males banget"
APA MAKSUDNYA???
memang pada saat itu, mukaku berbanding jauh dengan-nya, saat itu hinggap jerawat merah dipipiku sedang dia kayaknya lalat neplok kepipi-nya bakal kepleset deh, saking mulusnya.
Entah kenapa aku jadi sensitif dan tidak terima,
"lah daripada lu diajarin mtk, ga mudeng mudeng"
"mending dong, nnti kalau les kumon juga pinter, daripada jerawatan ga ada yg suka"
JERAWATAN = GA ADA YANG SUKA
perkataan itu terngiang ngiang dikepalaku,
Sudah fix, aku sedang labil karena biasanya aku bodo amat dgn ejekan adek-ku.
"yee jerawatan males banget aku mah", dia masih mengatakan-nya.
Sentimentil mendadak, akhirnya aku menangis.
Jika diukur dari jiwa petarung, dari dulu sampe sekarang, jelas aku kalah dengan adek-ku, aku yg lebih sering duluan menyerah.

Aku masih menangis, makin menjadi jadi.
Abi tiba tiba menghampiri kami berdua,
"kenapa teteh bisa nangis?"
Kami berdua ribut menceritakan kronologi-nya, takut abi akan menyalahkan salah satu diantara kami.
Abi terdiam sebentar,
"abi tidak akan menyalahkan siapapun disini, tapi abi jujur kurang suka jika teteh dan kakak, berantem pake mulut sampe segininya"
Beliau menyuruh kami berbaikan, akhirnya tangisku pun mereda.

Sore hari, tiba tiba abi memanggilku
"sini nak, ada yang mau abi bicarakan sama teteh"
Aku menghampiri dan segera duduk disamping-nya,
"tadi kenapa teteh nangis?"
"lagian kaka bilang aku jelek bi, berkali kali lagi"
Jeda sesaat, 
aku tau prinsip abiku dalam menyelesaikan masalah seperti ini, mungkin esok hari adik-ku yang akan diajak bicara empat mata seperti ini.
Pasti abi akan nasehatin aku panjang lebar, diriku yang masih bete karena ucapan tadi berusaha siap utk menerima nasehatnya,
"nak, memang adikmu cantik, abi mengakui itu, tapi ketika abi melihat teteh, abi merasa tenang dibuatnya, adem aja gitu, gak cuma abi, temen temen abi juga"
Bukan nasehat yang keluar dari mulut abi,
Itu adalah sebuah gombalan, gombalan yang biasanya aku baca di novel teenlit, aku dengar disinetron klise, gombalan yang selama ini aku anggap murahan, cuma dalam konotasi berbeda.
tapi entah kenapa, rasa rasanya diriku cukup senang mendengar perkataan itu.
Kekhawatiranku hilang, berganti dengan entah ada sesuatu yang menggelitik, rasa senang mungkin.
Aku tersenyum sumringah,
"makasih bi hehehe"
Abi tersenyum sambil menepuk pundak-ku.

Dari situ kubelajar,
Pantaslah ikatan keluarga adalah kunci,
Kunci dari penyelesaian berbagai masalah,
Bahkan masalah kelabilan-ku soal penampilan bisa diselesaikan oleh perkataan abi.

Pak cah* pernah bilang,
Bonding (ikatan) antara ayah dan anak gadisnya itu sangat penting, agar si anak itu tidak mencari sosok laki laki lain untuk mendengarkan pendapat atau curhatnya dan si anak itu dapat menetukan sikap serta kriteria yang baik untuk calon ayah dari anak anaknya nanti.

Ya, mungkin "gombalan" dari abi,
Adalah gombalan pertama dan paling bersejarah dalam hidupku.
mungkin gombalan maut lebih cocok disematkan untuk perkataan abi, karena hingga saat ini aku tidak bisa melupakan-nya.





Keterangan:
*pak cah : cahyadi takariawan, seorang pakar permasalahan keluarga








Komentar

Postingan populer dari blog ini

REPLY 1988

Menemukan cinta

Jatuhnya daun itu